Gilig Guru

Beranda » 2017 » Juli

Monthly Archives: Juli 2017

Kita habis-lampiaskan energi kebencian kita kepada masalah khilafiyah saudara seiman sampai kering tak tersisa kebencian pada Kristenisasi, Israel, bahkan Iblis sekalipun!

Pelajaran Ustadz Abdul Shomad, Lc MA

Kisah Hikmah: Bertanya yang Tidak Menambah Amal

Imam Asy Sya’bi sedang berjalan bersama sang istri pada suatu keperluan, ketika seorang jahil mencoba mengusilinya. “Ya Imam”, kata orang itu, “Siapa nama istri Iblis?”
.
(lebih…)

Kisah Hikmah: Bertanya yang Menyulitkan Amal

“Wahai Imam”, ujar seseorang pada ‘Alimnya Tabi’in Kufah, Amir ibn Syurahbil Asy Sya’bi, “Jikalau aku mandi di sebuah sungai, maka ke manakah aku harus menghadap? Apakah ke arah kiblat, membelakanginya, atau menghindar dari arah keduanya? Dan bagaimana pula jika suatu kali aku tak tahu di mana arah kiblat?”
(lebih…)

Kisah Hikmah: Tahapan Dakwah

Satu-satunya ibu wali murid yang tidak berjilbab itu akhirnya datang ke Ustadzah yang berjilbab besar-besar. Dia menceritakan anaknya yang memprotes dirinya.

(lebih…)

Pendidikan yang Lebih Penting daripada Al-Qur’an

Menanamkan keimanan lebih penting. Bahkan lebih penting dari menambahkan banyaknya hafalan Qur’an anak kita. Karena tujuan belajar Al Qur’an ialah agar bertambah imannya.

Dalam sebuah seminar bersama ustadz Budi Ashari, lc, beliau menjelaskan tahapan pendidikan yang boleh jadi baru pertama kali didengar oleh banyak Muslim, termasuk saya salah satunya:

عن جُنْدُبِ بن عبد الله قال: كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ونحن فِتْيَانٌ حَزَاوِرَةٌ فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيماناً ) رواه ابن ماجة (61) والطبراني في المعجم الكبير (1678) والبيهقي في سننه الكبرى (5075) وهو حديث صحيح

Dari Jundub bin Abdillah beliau berkata:”Dahulu kami ketika remaja bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kami belajar iman sebelum Al Qur’an kemudian setelah kami belajar Al Qur’an bertambahlah keimanan kami. Sedangkan kalian sungguh pada hari ini justru belajar Al Qur’an dulu sebelum belajar iman”

(Riwayat Thabrani dalam kitab Al-Mu’jam Al-kabir)

(lebih…)

Mencintai Guru meninggikan derajat seorang murid.  Fanatik kepada guru justru merendahkannya dan merendahkan derajat gurunya.

Sabar, Semua Ada Prosesnya

Janganlah terburu-buru mengharapkan hasilnya. Bahkan Allah sendiri menciptakan alam semesta tidak sekejap mata padahal Dia Maha mampu.

Allah SWT berfirman:

اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِ ۗ مَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّلِيٍّ وَّلَا شَفِيْعٍ ۗ اَفَلَا تَتَذَكَّرُوْنَ

“Allah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Bagimu tidak ada seorang pun penolong maupun pemberi syafaat selain Dia. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”

(QS. As-Sajdah 32: Ayat 4)

Berdakwah itu tugas kita, mendapat hidayah atau tidak itu wewenang Allah ta’ala. Kerjakan saja tugas kita dan serahkan hasilnya kepada Allah. Maksudnya agar kita jangan risau tatkala orang yang kita dakwahi, terutama bila mereka adalah keluarga, istri, dan anak-anak sendiri, tidak kunjung berubah kendatipun telah dinasehati setiap hari, diberikan contohnya, difasilitasi, diingatkan, bahkan ditegur dan diberi sanksi.

Jangan sampai kita terburu-buru.

Maksudnya adalah kecewa dengan apa yang didapati, kemudian berputus asa. Atau melupakan tahapan-tahapan sehingga menghakimi dan memberi sanksi terlalu cepat. Misalnya, mengajak anak sholat. Rasulullah memerintahkan:

(lebih…)

Pemandangan Ngeri di Hari Pengadilan

Meski belum pernah masuk ruang pengadilan, namun rasanya menjadi terdakwa sebuah kejahatan yang terungkap, lalu dipanggil untuk diadili, pastilah membuat diri ketakutan luar biasa. Sedangkan hari itu sekaligus menjadi hari eksekusi. (lebih…)

TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA

Tujuan diajarkannya agama ialah mendidik kepribadian Islam. Maksudnya mendidik murid berdasarkan akidah Islam, sehingga hatinya merasa senantiasa diawasi Allah, lisan dan perbuatannya senantiasa mengikuti Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah.
 
Jadi kalau murid kita hafalannya banyak, tapi waktu kepepet dalam ujian dia menyontek, maka kepribadiannya masih belum Islami.

(lebih…)