Pancasila Bersanding dengan Penegakan Syariat Islam
Prof Fahmi Amhar menulis status yang inspirasional, yang esensial terhadap hubungan Pancasila dengan Islam.
Pancasila itu nilai-nilai yang sama dari berbagai ideologi yang bertemu di Nusantara. Maka, Pancasila TIDAK MELARANG penerapan syariat Islam, tetapi juga tidak melarang penerapan liberalisme, kapitalisme atau sosialisme. Sebaliknya, Pancasila juga TIDAK MENYURUH penerapan syariat Islam, juga tidak menyuruh penerapan liberalisme, kapitalisme atau sosialisme.
Pancasila tidak melarang, dan juga tidak menyuruh. Tetapi karena bangsa Indonesia ini mayoritas muslim, dan umat Islam adalah pemilik saham terbesar atas kemerdekaan negeri ini dari penjajahan. Maka kalau gara-gara Pancasila umat Islam dilarang menerapkan syariat Islam, jangan salahkan, kalau umat Islam jadi menolak Pancasila !!!
Justru sebaliknya, kalau ingin umat Islam ihlas menerima Pancasila, dorong mereka agar menerapkan syariat Islam, karena hanya dengan syariat Islam saja, nilai-nilai Pancasila itu akan terwujud dengan lebih baik, dan dengan cara-cara yang benar.
Jawaban-Jawaban Al-Qur’an Terhadap Para Penentang Dakwah
(-) Islam tidak mengatur tentang konsep negara Islam
Di dalam siroh Nabawiyah, Rosulullah mengangkat para sahabat untuk menjadi gubernur di berbagai wilayah, mengirimkan utusan untuk menyurati para raja dan kaisar, membentuk kesatuan militer untuk berperang. Itu semua adalah pekerjaan sebuah pemimpin negara, bukan sekedar pemimpin agama. Belum lagi sepeninggal Rosulullah para sahabat mengangkat pengganti beliau, namun bukan untuk menggantikan sebagai nabi, melainkan sebagai pemimpin ummat Islam.
JALAN DAKWAH MEMANG TIDAK MUDAH
Pada saat NABI MUHAMMAD SAW berdakwah, beliau mendapat tekanan dari bangsanya sendiri, kaum Quraisy sebagai pemecah belah bangsa Arab, orang gila, tukang sihir, dan sebagainya. Itu pula yang akan terjadi pada juru dakwah di masa modern ini. Namun Rosulullah tidak menghentikan dakwahnya, demikian pula kita pengikutnya, teguhlah berdakwah. Karena sesungguhnya kita diberi tugas oleh Allah sebagai Mudzakkir, pemberi peringatan.
Contoh Penyusupan Budaya Kafir pada Artikel Koran Kompas
Simak koran Kompas Klass Edisi hari Jum’at, 13 September 2013 halaman D.
Sekilas artikel bertajuk “Selera Kuliner Tinggi dalam Sebuah Kastel” yang ditulis oleh Chef Profesional Degan Septoadji hanya mencoba menyuguhkan perjalanan yang eksotik ke sebuah restoran berbintang. Namun dalam sanjungan-sanjungannya kepada restoran Michelin Le Val d’Or, terdapat sebuah tulisan yang tidak layak untuk disajikan, apatah lagi untuk disanjung. Yakni di kolom ke-4, dia menulis,
“Makin sempurna karena hidangan pencuci mulut ini dipasangkan dengan dessert wine yang manis, 2002 … (saya tidak ingin ikut mengekspos minuman keras ini)
DEMOKRASI – BELUM TENTU SUARA RAKYAT
Dibandingkan dengan jumlah pemilih Jatim 30 juta, pemenang pemilu Jatim hanya 27% saja. Itu sama sekali jauh dari angka mayoritas. Mekanismenya “mungkin” sah, namun hasilnya sulit dikatakan demokratis. Namun kita terpaksa menelannya saja.
dan bandingkan dengan:
http://news.detik.com/surabaya/read/2013/07/20/092545/2308696/466/daftar-pemilih-tetap-pilgub-jatim-membengkak
Selamat mengkritisi
Egaliter tidak harus Demokrasi
Jikalau memang DEMOKRASI itu Islami, apa susahnya menerapkan hukum Islam secara kaffah seperti yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur’an?
Kenyataannya, persamaan demokrasi dengan Islam hanya pada sisi egaliternya, namun perbedaan dan pertentangannya banyak sekali. Dan itulah yang perlu kita kaji agar mengetahui bahwa Demokrasi adalah sistem Kufur.