Indonesia (bukan) Bangsa Maling!
Indonesia bukan bangsa maling,
Kecuali kalau dia lihat televisi dan baca koran
Yang setiap hari memberitakan
Pencurian terjadi dimana-mana
Di seluruh jagad raya nusantara
Hutang Hidupmu
Jika kau sadari,
Bahwa hidupmu adalah hutang
Pada Yang Maha Kuasa
Pasti yang kaupikir adalah cicilannya
Yang musti harus dibayar
Dibayar lagi
Dibayar lagi
Tak habis-habis
Karena banyaknya
Sehingga kauserahkan dirimu
Sebagai tebusannya
Hingga tak tersisa
Barulah tersadar kita
Diri ini tidak berharga
(Jember, 20 Romadhon 1432)
Berdirilah di Baris Terdepan
Anak-anakku,
Bila berbaris pilihlah shof terdepan
Dalam sholat paling utama
Dicintai Allah ta’ala
Dalam perang barisan pemberani
Diisi orang yang cinta mati
Janganlah memilih shof terbelakang
Dalam sholat haknya wanita
Atau lelaki masbuk datangnya
Dalam perang barisan penakut
Yang disukai para pengecut
(Jember, 20 Romadhon 1432)
Penjor adalah tradisi non-Islam
Penjor yang sering kita temui dalam pernikahan adat, ternyata bukan dari tradisi lokal Jawa, melainkan berasal dari syariat agama Hindu.
Bahan penjor adalah sebatang bambu yang ujungnya melengkung, dihiasi dengan busung (janur) serta dedaunan lainnya (plawa) & batang tebu. Bambu merupakan simbol kekuatan Hyang Brahma. Busung (janur) merupakan simbol kekuatan Hyang–Mahadewa. Dedaunan (plawa) merupakan simbol kekuatan Hyang Sangkara. Batang tebu simbol kekuatan Hyang Sambu.
Penjor adalah salah satu sarana Upacara dalam merayakan hari raya Galungan. Sekaligus merupakan symbol Gunung Agung yang telah memberikan keselamatan dan kesejahteraan umat manusia. Umat Hindu meyakini bahwa tempat yang tinggi seperti gunung Agung adalah rumahNya Sang – Hyang Widhi.
Itulah penjelasan ust. Julaibib, mantan bedande Hindu yang dulu bernama Ida bagus Surya dalam kesempatan dialog terbuka di Unmuh jember (13/8/2011). Mualaf itu begitu sederhana dan tegas dalam keimanannya pada Allah swt. Jangan sampai kalah, kita pun juga harus lebih menjaga agar amal keseharian kita bersih dari campuran syariat kafir.
Tips Beasiswa Teacher’s Training Monbukagakusho (2)
Beberapa orang bertanya pada saya, bagaimana caranya mengisi “FIELD of STUDY”, nah daripada hanya dishare ke beberapa orang, saya coba tulis disini supaya bisa dibaca bebas. Mudah-mudahan membantu.
How to Write Field of Study
- Saya menuliskan jurusan yang menjadi minat saya. Saya sendiri lulusan S1 Sastra Inggris, namun saya lebih tertarik mempelajari bagaimana cara pengelolaan sebuah sekolah. Maka saya browsing di internet apa saja jurusan yang disediakan di universitas Jepang.
- Jurusan yang paling dekat dengan minat saya ternyata School Management. Maka saya tuliskan alasan saya memilih jurusan tersebut.
- Selain itu saya tambahkan harapan dan rencana saya setelah selesai menempuh program TT ini.
Terus terang, sebenarnya saya tidak tahu apakah persisnya yang menyebabkan Kedubes Jepang meluluskan saya tahun 2008 kemarin. Jadi kalau tips ini ternyata tidak membantu anda, saya mohon maaf. Sebaliknya, mungkin saya yang butuh masukan baru.
Oya, ini ada link bagus untuk yang mencoba menempuh S2 dan S3