Gilig Guru

Beranda » 2023 » Januari

Monthly Archives: Januari 2023

Masyitoh Si Tukang Sisir Penuh Hikmah

Nabi Muhammad sedang isro’ mi’roj, menanyakan bau yang harum. Ternyata adalah harum Masyitoh dan anak-anaknya

  1. Sejarah itu penting, bahkan Al-Qur’an berisi 1/3 nya adalah sejarah. Kalau ada kurikulum yang sebegitu banyaknya porsi materinya, pasti sudah akan di-UN-kan.
  2. Porsi ini penting untuk dipenuhi dengan menjadwalkan bercerita di rumah, bersama anak-anak. Terutama ayah, agar ada waktu bagi ayah berbicara dan memberikan nasihat. Kalau ayah saja bisa punya kesempatan bercerita, tentunya porsi ibu harus lebih besar. Jangan sampai ibu bangga bahwa anaknya “sudah bisa sendiri tanpa harus dibimbing orang tua.” Kalau memang demikian, apakah bagian pahala orang tua?
  3. Nabi bertanya ke Jibril. Anak bertanya ke orang tua. Ini adalah tanda kedekatan. Kalau murid sudah tidak lagi mau bertanya, anak diam saja, bukan tanda rajin dan pandai. Tapi takutlah itu merupakan buah kekakuan kita.

Masyitoh menjatuhkan sisir, lalu saat memungutnya mengucap “bismillah”

  1. Kekuatan iman dibentuk dengan hubungan dengan Allah bahkan sampai urusan yang kita anggap kecil. Saat kita kaget, saat terpeleset, terlupa, terantuk, dan sebagainya.
  2. Para ayah dan ibu disini kalau masuk rumah, apakah berdoa “bismillah”? padahal doa itu menghalangi setan untuk ikut menyelinap ke dalam rumah. Ingat, rumah adalah tempat tinggal anak dan istri. Kalau kita pulang membawa masuk setan, maka kira-kira apa yang akan diperbuatnya di rumah kita?
  3. Ingat kisah seorang pembuat roti yang di setiap aktivitasnya dia berdzikir “astaghfirullah”, Allah memuliakannya dengan cara mengabulkan semua hajatnya bahkan sampai dihadirkan di rumahnya tamu yang alim dan soleh. Bapak dan ibu tentu bisa memilih dengan dzikir yang paling disukai.

Putri Firaun memergoki dan mengancam melaporkan kepada Ayahnya. Masyitoh bergeming.

  1. Ketika prinsip kita dihadapkan pada tekanan keamanan, Masyitoh mencontohkan untuk menghadapinya.
  2. Akan datang suatu masa, dimana perbuatan sunnah yang ringan sekalipun akan dianggap ancaman besar bagi orang-orang kafir. Berjenggot, berjilbab, mengaji, dan berdakwah bisa dipandang berbahaya dan menjadi sasaran tekanan penguasa kafir.

Firaun menangkap Masyitoh sekeluarga, mengancam akan memasukkannya ke dalam kuali yang dibakar apabila tidak kembali ke agama nenek moyang.

  1. Pola doktrinasi akan selalu berulang. Penguasa yang takut kehilangan pengikut atau pengaruh akan mencegah “kesetiaan” rakyatnya berkurang atau berpindah. Mereka akan menggunakan kekuasaannya untuk memaksa.
  2. Tidak hanya terjadi pada penguasa, namun bisa juga pada jamaah, persahabatan, dan keluarga. Mengeluarkan ancaman namun pada sesuatu untuk menguatkan hawa nafsu. Misalnya melabeli bid’ah, khowarij, wahabi, dsb. Terhadap teman pun ancamannya ada, semisal dijauhi tidak ditemani lagi. Ini ancaman yang bisa-bisa cukup besar pengaruhnya bagi anak kita. Bisa juga orang tua yang salah meletakkan ancaman, bila anak tidak nurut akan tidak diberi kue atau tidak diajak. Padahal itu ranah musyawarah, dimana anak boleh berbeda dari orang tua.

Satu per satu dari ke-4 anak dilemparkan hingga tinggal bayi yang disusuinya. Masyitoh sempat terbersit keraguan. Hingga Allah menguatkannya dengan memperkenankan si bayi untuk berbicara.

  1. Setiap orang yang beriman akan diuji, dengan ujian yang bertingkat-tingkat sesuai kadar keimanannya. Dan setiap orang memiliki “kelemahan” masing-masing. Ada yang kuat diuji dengan harta, tapi lemah diuji dengan wanita. Ada yang tahan hidup miskin, tapi justru lupa saat kaya. Ada yang gemar beribadah, tapi gila populeritas.  Tidak bisa kita melihat ibadahnya orang lain lalu mencibir, “begitu saja kok sudah keok.” Atau melihat rumah tangga yang rapuh lalu bergaya sok ulama, “berarti dia belum selesai dengan urusan rumah tangganya.” Seperti kisahnya ayah dan anak yang sholat tahajud.
  2. Di saat iman kita di ujung tanduk, percayalah bahwa semakin besar ujian semakin besar maunah (pertolongan) yang Allah turunkan untuk menguatkan iman, sebagaimana si bayi yang bisa berbicara. Mungkin dalam kasus kita, Allah kirimkan suami untuk menemani, teman yang menguatkan, jadi yang menguatkan bukan cuma gajian di akhir bulan.

Wallahu a’lam bis showab