Gilig Guru

Beranda » 2009 » Juli

Monthly Archives: Juli 2009

Tren Laporan Prestasi Siswa

Ini adalah terjemahan saya dari sebuah buku yang bertema sama.

Rapot diberikan guru di akhir tahun ajaran kepada orang tua mengalami banyak modifikasi. Akhir-akhir ini terdapat beberapa tren yang makin digemari guna membantu memudahkan guru dalam menulis rapot, memudahkan orang tua menindaklanjuti, dan memberi siswa gambaran yang obyektif serta menyemangatinya untuk mencapai hasil yang lebih baik. Beberapa tren tersebut adalah: (lebih…)

Kepala Sekolah dan Sekolahnya

Judul artikel ini barangkali agak aneh, tapi saya baru saja mengikuti kuliah `kyouikukeieigakukenkyuu` yg artinya Studi tentang administrasi sekolah, dan terinspirasi dengan pengantar kuliah Prof. Nambu tentang sebuah sekolah SD di Fushimigaoka, Aichi, prefecture Jepang.

Sekolah itu dikepalai oleh seorang kepala sekolah wanita, ini tergolong jarang di Jepang (hanya 8.5% kepsek wanita pada tahun 2003). Sekarang mungkin agak naik persentasinya, tetapi dalam hal emansipasi, Indonesia barangkali lebih maju dari Jepang. Sang Kepala sekolah seorang yang lincah, punya banyak keinginan dan ide2 cemerlang untuk memperbaiki sekolahnya yang tergolong baru. Tapi sangat disayangkan beliau lupa bahwa sekolah adalah organisasi yang terdiri dari banyak orang, yaitu guru dan murid. (lebih…)

Menilai Mutu Pendidikan: Ujian itu perlu atau tidak?

Pertanyaan di atas selalu menjadi polemik di negara manapun antara memilih “melaksanakannya atau tidak?” dan “me-nasionalkannya atau me-lokalkannya?”

Sistem ujian/ulangan sekolah2 di Jepang menarik untuk kita cermati.
Pendidikan dasar (shougakkou) tidak mengenal ujian kenaikan kelas, tetapi siswa yang telah menyelesaikan proses belajar di kelas satu secara otomatis akan naik ke kelas dua, demikian seterusnya. Ujian akhir pun tidak ada, karena SD dan SMP masih termasuk kelompok compulsory education, sehingga siswa yang telah menyelesaikan studinya di tingkat SD dapat langsung mendaftar ke SMP. (lebih…)

Menimbang perlunya Seragam Sekolah

Apa pentingnya seragam wisuda bagi siswa TK?

Seragam adalah hantu bagi wali murid baru di awal tahun ajaran. Pengeluarannya yang bisa mencapai 1/4 dari total anggaran pendidikan anak. Tulisan berikut ini berusaha menimbang perlunya seragam sekolah bagi siswa TK hingga SMA. Mari kita simak artikel di bawah ini:

Artikel: Penghapusan Seragam Sekolah

Mari kita kritisi. Tanggapan berikut ini adalah terhadap artikel tersebut, dengan mempertimbangkan faktor siswa secara luas, mulai TK hingga Mahasiswa. Poin dibuat berurutan sesuai dengan nomor urut pada artikel di atas.

(lebih…)

Penerapan Metode Inquiry-Learning pada Pelajaran Desain Grafis

Mata pelajaran desain grafis seperti Adobe Photoshop boleh jadi disangka sangat teknis dimana untuk menghasilkan sebuah gambar garis, misalnya, seorang desainer cukup menarik pena dari satu titik ke titik lainnya. Tetapi dengan kekayaan fasilitas filter (menu) pada software desain grafis, seorang guru dapat mengajak siswa untuk menganalisa langkah-langkah baru yang tentu akan menghasilkan variasi berbeda.

(lebih…)

kendaraan baru

Penerapan Inquiry Learning pada Pelajaran Desain Grafis

Mata pelajaran desain grafis seperti Adobe Photoshop boleh jadi disangka sangat teknis dimana untuk menghasilkan sebuah gambar garis, misalnya, seorang desainer cukup menarik pena dari satu titik ke titik lainnya. Tetapi dengan kekayaan fasilitas filter (menu) pada software desain grafis, seorang guru dapat mengajak siswa untuk menganalisa langkah-langkah baru yang tentu akan menghasilkan variasi berbeda.

Ini berangkat sejak dulu pernah saya tidak setuju dengan definisi garis yang diberikan oleh guru gambar saya, yakni “garis adalah kumpulan titik-titik yang rapat dan sejajar”. Sebab saat saya membuat garis saya tidak sedang membuat banyak titik, tul… tul… tul… tetapi satu tarikan reeet…! Dari sini saya berpikir bahwa garis itu dapat difenisikan bagaimana saja tergantung bagaimana cara orang membuatnya.

Oke, mari kita mulai saja pelajaran ini…
Tingkat Awal: Mandiri

  1. Berikan beberapa file gambar (text layer, text rasterize, dots, foto, dsb.)
  2. Minta siswa untuk mengaplikasikan salah satu filter pada semua gambar tersebut
  3. Tanyakan kepada siswa apa dampak filter tersebut terhadap gambar
  4. Minta siswa untuk mendefinisikan fungsi filter itu sendiri secara detail. Pendapat yang paling mendekati dengan dampak yang dihasilkannya adalah yang paling dapat diterima. Boleh jadi merupakan kompilasi dari beberapa pendapat.

Tingkat Lanjut: Berkelompok

  1. Tunjukkan sebuah gambar hasil manipulasi sederhana dari Adobe Photoshop disertai dengan gambar aslinya,
  2. Tanyakan kepada siswa apa yang telah dilakukan pada foto aslinya sehingga menjadi gambar manipulasi
  3. Ajak siswa untuk mencoba mempraktekkan pendapatnya tadi
  4. Di akhir percobaan, minta siswa berkomentar sekali lagi terhadap pendapat pertamanya tadi. Siswa lain akan memiliki pendapat dan pengalaman yang berbeda, mereka dapat berbagi untuk menciptakan gambar yang paling mendekati dengan gambar hasil manipulasi.

Tingkat Mahir: Individu/Berkelompok

  1. Minta siswa untuk mengerjakan satu proyek dengan memberikan gambaran terhadap hasil akhirnya. Misalnya, poster tentang demonstrasi.
  2. Minta siswa membuat rancangan perkiraan desainnya. Misalnya siswa akan membuat kesan berdarah, kekerasan, konflik, warna kusam, dan semacamnya. Guru hanya mengeksplorasi seberapa kreatifkah siswa dalam menambahkan asesori untuk menambah citra rasa desainnya. Guru tidak perlu menyarankan siswa untuk menambahkan efek api, sebab itu dapat mencampuri imajinasi siswa.
  3. Minta siswa bekerja kelompok dalam waktu yang cukup. Bila dalam beberapa pertemuan, maka minta siswa untuk membagi pekerjaan menurut elemen-elemen yang dibutuhkan. Tetapi mereka harus membicarakan konsepnya bersama-sama.
  4. Setelah selesai, siswa menunjukkan hasil kerjanya, menyampaikan alasannya memilih desain tersebut, menjelaskan filosofinya, dan teknik pembuatannya. Sementara siswa yang lain memberikan komentar atas kesannya, menyarankan teknik tertentu atau tambahan elemen yang lain.

Kenapa Inquiry Learning?
Kegiatan pada inquiry learning ini bersifat terbuka, bebas, tanpa instruksi. Guru tidak memberikan langkah-langkah yang harus ditempuh siswa. Melainkan siswa yang menemukan sendiri langkah-langkah tersebut. Keuntungan dari metode ini adalah:

  1. Mengasah kemampuan analisis siswa
  2. Membangun kemandirian siswa untuk bekerja menurut kapasitasnya sendiri
  3. Membentuk kemajemukan, sehingga satu orang dapat menghargai pemikiran dan hasil kerja yang lain.

Poin-poin hikmah ini juga perlu untuk disampaikan kepada siswa dan orang tua, supaya mereka mengetahui pada hal apa mereka telah berkembang. Misalnya, setelah siswa mempresentasikan pekerjaannya sensei menulis laporan kepada orang tua “Hikaru telah berhasil menganalisis foto abstrak, dan mampu membuat gambar serupa tanpa bantuan guru. Pada sesi presentasi dia mendapatkan kritik dari teman-temannya, namun Hikaru menerimanya dengan baik sekali. Hikaru cukup terbuka pada kritik.”

Jadi disini keuntungan bagi guru adalah:

  1. Membantu penjabaran prestasi siswa dalam memberikan penjelasan kepada orang tua
  2. Relatif lebih sedikit dalam persiapan pelajaran

Namun harus diperhatikan bahwa:

  1. Kemungkinan hasil kerja siswa berbeda dari apa yang diharapkan oleh guru. Disini guru harus terampil mengapresiasi pekerjaan siswa.
  2. Guru tidak boleh mengintervensi pekerjaan siswa, sebab bila demikian maka tujuan dari pembelajaran inquiry learning menjadi hilang.

Meeting George Meegan

If I may say three words about him, those will be: modest, spiritful, and inspiring!

Tidak kusangka bahwa George Meegan yang kutemui adalah orang yang sangat luar biasa, ketika pertama kali kubaca artikelnya di internet tentang hikikomori. Ternyata dia sudah lebih dari separuh baya, ternyata dia adalah seorang sensei (bukan gakusei), ternyata dia senseinya teman-temanku, ternyata dia pemecah Guiness world of record (The Longest Walk), ternyata dia pengarang buku (Democracy Reaches the Kids), wah… belum cukup kejutannya, ketika aku mampir ke ruang kantornya masih sempat dibuat heran.

Ruangannya seperti museum, meja tamunya rusak salah satu kakinya, roda sepedanya bengkok, ha ha ha… benar-benar omoshiroi! Terakhir dia memberiku kenang-kenangan sebuah buku dan dua buah CD. Dia menyebutku “Young Gilig”.

Apa yang kubicarakan dengannya insyaAllah kutulis dalam sesi yang berbeda, sekarang mengenang keunikannya dulu. Thank you George!