Gilig Guru

Beranda » 2009 » Januari

Monthly Archives: Januari 2009

Mampir di 小学 (Sekolah Dasar) di Jepang

Bareng-bareng teman se-KISC mengunjungi sebuah sekolah dasar di dekat Kobe University. Tempatnya indah, menanjak di gunung Rokko. Lingkungannya sunyi, seolah kami sedang piknik ke gunung saja.
Ketika sampai di gerbang sekolah, perwakilan anak-anak SD memegang nama kami kayak menyambut tamu di bandara. Yang membawa nama saya adalah dua orang dari kelas 4-3.

 

Saya di bawa ke kelasnya, pas makan siang. Tapi karena Saya tidak tahu makanannya apa maka sejak awal saya bilang kalau membawa obento, makan siang sendiri: roti coklat… hehehe. Mereka makan mie, semangkuk kacang, dan sepiring roti. Minumnya susu cair kotak. Suasananya ceria sekali, anak-anak antusias, saya pun sangat menyukai suasana ini. Ada beberapa anak yang berani sampai nanya-nanya, padahal selama ini orang jepang sangat pemalu terhadap orang asing.
Waktu istirahat acaranya bersih-bersih kelas, bangku & kursi dipinggirkan, terus sampah-sampah diambil, dan seorang anak mengajakku ke pojok kelas, dan memberiku… sapu! Hahaha, aku disuruh menyapu. Dia mengajariku cara memegang sapu, menyapu, asyik sekali. Sampai bersih kami kemudian menata kembali kelas seperti sedia kala. Di luar anak-anak lain membersihkan lorong kelas, dan ada juga yang membersihkan WC. Seorang anak datang ke senseinya dan melaporkan hasil kerjanya, dia meminta senseinya mengecek hasil kerjanya. Sangat profesional.

Setelah itu saya diajak sekelompok anak berkeliling, menunjukkan dari kelas ke kelas. Semangat antusiasme mereka membuat saya berlari mengikuti mereka yang berburu menjelaskan sekolahnya. Sayang tidak sempat main di halaman karena keburu masuk kelas kembali. ?Lihat fotonya Islami-san sedang bermain lompat tali bersama mereka, dia pikir mereka benar-benar temannya!) Di kelas saya dan seorang mahasiswa dari Korea dipersilakan mengenalkan negaranya.

 

Waktu dhuhur berlalu setengahnya, jadi minta ijin sensei untuk sholat di lorong, gak jadi… karena posisi kiblat mengharuskan saya melintang dan menghalangi orang lewat, jadi saya minta jin untuk sholat di dalam kelas di pojok belakang. Pas takbir, saya baru sadar bahwa sensei tidak akan memulai kelas tanpa saya, jadi mereka menunggu. Seusai salam, kanan saya menghadap tumpukan tas-tas murid, salam ke kiri saya memandang seluruh isi kelas sedang memandangi saya, mereka menonton “pertunjukan sholat”. Sumimasen… sumimasen… (maaf… maaf…)

 

Si Korea mendapat kesempatan pertama, dia lumayan lancar berbahasa Jepangnya, saya … kacau. Untung sensdeinya bisa bahasa Inggris… sedikit. Untungnya lagi minggu lalu saya ada tugas mempresentasikan negara kepada teman sekelas, jadi agak ingat-ingat sedikit. Ketika saya memberikan kesempatan bertanya, banyak yang mengacungkan jari. Ada yang tanya binatang yang paling berbahaya di indonesia apa, tempat yang terkenal dimana, makanannya apa, macam-macam. Karena saya sengaja membawa angklung, maka saya bagi-bagikan, lucu juga, sebab mereka menggoyangkannya seperti mengocok pop ice. Wah, suasana jadi rame! Waktu berlalu sekitar 30 menit seperti angin, kami pamit dan foto-fotoan. Rasanya pingin kembali lagi.

 

 

 

Santri Pondok Putri

Recalling their names, one by one, just like my own daughters. I wish, I do really wish, that someday I could come back home to see each one of them, all of them, together, playing in our school again. Allah, grant my prayer…

Tentanglah Perzinahan

Abi said al Khudriy ra yang berkata, “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Barangsiapa dari kalian yang melihat kemunkaran maka rubahlah dengan tangannya. Apabila dia tidak menyanggupinya maka rubahlah dengan lidahnya. Apabila ia tidak menyanggupi maka rubahlah dengan hatinya. Sesungguhnya itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Mudahnya akses pornografi di dalam internet sangat membahayakan! Karena dengan mengetahuinya kita menjadi berkewajiban untuk merubahnya. Setiap ada kemunkaran -meski itu dilakukan orang kafir- maka saat itu pula diri kita diuji, apakah kita termasuk iman yang kuat, yang sedang, atau yang lemah.

Bila kita tidak sedikitpun merasakan kebencian dalam hati, na’udzubilah, bertaubatlah. Karena dahulu kaum Nabi Shaleh a.s. ditimpa adzab dari Allah swt lantaran 9 dari kaum mereka membunuh unta yang menjadi mukjizat. Sedang penduduk yang lain hanya diam berpangku tangan tidak berusaha atau sedikitnya mengingkari perbuatan itu. Berhati-hatilah pada adzab Allah yang tidak hanya menimpa kepada pelakunya melainkan juga pada kaum Muslimin.

※ Jika anda melihat kategori tulisan ini tampak “kurang ajar”, maka itu saya tujukan untuk menjebak orang yang memanfaatkan search engine mencari materi-materi jorok di Internet supaya terdampar di blog ini.

Yahoo Answers

Masyarakat & Budaya > Agama & Kepercayaan

Aku punya hobi baru, bermain kuis-kuisan dengan banyak orang. Terutama tentang agama. Asyik juga, karena ada sistem penilaian yang memacu kita berlomba-lomba mencari penghargaan. Itulah awalnya. Satu sisi, di sini aku menemukan banyak hal, seperti pengalaman, cara pandang, teman baru, ilmu, dan sebagainya, tetapi di sisi lain aku kehilangan diriku sendiri.

Jadi…
[*] Disarankan bagi yang harus ke warnet saja.
[*] Tidak disarankan bagi yang memiliki sambungan internet dari rumah

Somad (Sastra 98)


Picture 048
Originally uploaded by denmasdeni

Moga bagahia… halah… saking gembiranya sampai kelilu. Mudah-mudahan gembira… halah… emangnya ulang tahun, ya wes doaku menyertai kepergianmu sobat… halah!

Deni di Pulau Buru (Sastra 98)


Di Pulau Buru
Originally uploaded by denmasdeni

Deni Adam Malik, “Oh…segarnya aroma minyak kayu putih begitu terasa”

Sudah lama tak jumpa, ketemu secara kecelakaan di facebook. Alhamdulillah, jalinan teman dipilin lagi.

Kenapa Orang Tidak memilih dalam Pemilu?

It’s optional… Dalam keyakinan saya, seseorang harus ikut bertanggung jawab dengan pilihannya itu. Kalau saya pilih A, maka bila A berbuat baik dengan jabatannya, saya insyaAllah dapat pahalanya. Kalau A berbuat jahat dengan jabatannya, maka saya pasti ditanyai Allah.

Masalahnya, dalam sistem demokrasi, dimana aturan yang buruk (bertentangan dengan Islam) sekalipun bisa diundangkan, maka orang terbaikpun akan mudah berbuat kesalahan karena dipaksa oleh sistem/hukum.Nah, ikut pemilu itu boleh. Cuma, saya sedang membangun pemilu dalam sistem yang sudah mengharamkan yang haram dan menghalalkan yang halal. Ada yang menyebutnya “Khilafah”. Itu istilah dikenalkan oleh HT, ada pula “Imamah”. Tapi tak ada salahnya seorang Muhammadiyah seperti saya juga ikut meyakininya. Karena konsepnya —bukan namanya— datang dari Rosul.

BILA YANG KITA PILIH ADALAH ORANG JUJUR?
Sekali lagi, yang menjadi masalah adalah sistem-nya. Pemilu di Indonesia adalah dalam tatanan demokrasi. Tahu definisinya, khan? ya, pemerintahan dari-oleh-untuk rakyat. Artinya, yang menentukan hukum adalah rakyat. Kiblatnya, dasar hukumnya, undang-undangnya ditentukan oleh rakyat. Kalau rakyat setuju, meski nanti bertentangan dengan Islam, maka tetap jadilah. Sebaliknya, kalau rakyat tidak suka, meski diperintah Al-Qur’an, maka tetap dilaranglah!

Padahal Al-Qur’an lebih tahu mana yang baik dan yang buruk di sisi Allah swt.Ini adalah hukum yang syirik, menyekutukan Allah. Begitu seorang menjadi anggota dewan, dia wajib patuh pada dasar hukum ini. Bisakah seorang Muslim yang taat, saat dia jadi anggota DPR tatkala presiden terpilih adalah wanita (mungkin banyak yang memang belum menerima ketentuan ini), ia tetap saja harus tunduk pada presiden wanita itu. Padahal Rasulullah saw tidak mengajarkan yang demikian.

Bagi saya, lebih utama tunduk pada Rosul daripada presiden. Sedangkan bagi setiap anggota dewan, mau tak mau ia akan tunduk pada aturan yang diciptakannya sendiri.Saya takut kalau mencoblos pilihan seorang Muslim yang baik, kemudian menyebabkan dia terjerumus pada lingkungan syirik. Kasihan dia.

Di sisi lain, garisbawah, saya membangun sistem Islami. Sebagai Muslim memang tidak boleh apatis. Maka dimulai dengan mendirikan sekolah saya membangun kesadaran global tentang Islam. Tidak ada perintah untuk mengikuti pemilu dari Rosul. Yang ada adalah untuk mengangkat seorang pemimpin. Saya sedang melakukannya, dengan cara yang lain. Mudah-mudahan diridhoi Allah. 5 tahunkah, 10 tahunkah, seumur hidupkah? Asalkan di jalan Allah, saya ridho.