Gilig Guru

Beranda » Artikel » Artikel Islam » Potret Populernya Lembaga Pendidikan Islam

Potret Populernya Lembaga Pendidikan Islam

Masukkan alamat email anda

Bergabung dengan 5.003 pelanggan lain

Blog Stats

  • 179.983 hits

Follow me on Twitter

Oleh: Gilig Pradhana, S.S. Mahasiswa Pascasarjana STIE Mandala Jember

Sekolah Islam kian diminati

Sekolah Islam kian diminati

Meningkatnya dukungan orang tua terhadap sekolah Islam, salah satunya ditandai dengan kecenderungan untuk menyekolahkan putra-putri mereka ke sekolah yang berbasis Islam. Dalam tingkat yang lebih radikal lagi, pertambahan jumlah pondok pesantren yang khusus berkonsentrasi kepada tahfidzul Qur’an (hafalan Al-Qur’an) kian mendapati peminat setia. Lembaga-lembaga pendidikan semacam ini biasanya non-formal, dan tidak memberikan ijasah kepada santri-santrinya yang lulus, belum lagi faktor pembiayaan yang kerap kali harus ditanggung secara mandiri, yang itu berarti mahal. Namun halangan-halangan tersebut tidak menyurutkan animo masyarakat untuk semakin mendekatkan diri kepada agamanya.

Di sisi lain, pendidikan yang disediakan pemerintah sebenarnya tidak kalah menarik. Dengan program wajib belajar 9 tahun, biaya pendidikan dipotong cukup signifikan bahkan hingga ke tingkat gratis. Dana bantuan yang besar membuat sekolah umum lebih memungkinkan mendorong peningkatan prestasi siswa. Di Jember saja, misalnya, sekolah yang mendominasi perolehan juara pada kompetisi tingkat lokal, wilayah, dan nasional adalah sekolah negeri seperti SMP 2 dan SMA 1, sedangkan untuk bidang olah raga terdapat SMP 7 dan SMA 2. Barulah di tingkat SD distribusinya merata untuk SD Jember Lor, SD Kepatihan, dan SD Al-Furqan. Kendatipun demikian, dibukanya kran pendirian sekolah-sekolah swasta disambut deras dengan pendirian sekolah berbasis Islam bak jamur di musim hujan. Terdapat hampir seratus sekolah baru[1] untuk Madrasah Ibtidaiyah saja di Jatim dalam rentang 2012-2014.

Sekolah Islam terpadu (SIT) yang digagas tahun 1993 di Jabodetabek terus berkembang hingga mencapai 1.926 unit sekolah, yakni terdiri atas 879 unit TK, 723 unit SD, 256 unit SMP, dan 68 unit SMA menurut sumber pendataan tahun 2013.[2] Bashori mengatakan bahwa maraknya SIT merupakan titik temu dari berbagai kebutuhan masyarakat, yaitu antara keinginan mengirimkan putra-putrinya ke sekolah yang memiliki mutu akademik yang tinggi sekaligus mutu agama yang mendalam.[3]

Animo sebesar ini tentu layak mendapatkan perhatian serius. Di satu sisi kebutuhan akan sekolah Islam perlu segera diwujudkan, terlebih mengingat populasi yang mayoritas penduduk Muslim kurang dapat terlayani dengan keberadaan sekolah umum dalam aspek pendidikan agama, sementara di sisi lain mendirikan sekolah Islam tidak bisa hanya sekedar menambahkan 2 jam mata pelajaran agama Islam di sela-sela pelajaran lainnya. Sekretaris Jenderal Departemen Agama Bahrul Hayat dalam simposium regional menegaskan peran pendidikan Islam bagi bangsa, “Sekolah Islam tidak boleh dipandang sebagai pelengkap sekolah umum. Kehadiran pendidikan Islam sangat penting. Karena itu, harus terus diupayakan supaya mutunya terus meningkat sehingga tidak kalah dengan sekolah umum.”[4]

[1] https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1811

[2] http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/14/01/31/n08dcm-10-tahun-jsit-indonesia-bangun-pendidikan-lewat-sit. Diakses pada 8 Oktober 2016

[3] Bashori, Khoiruddin dalam Baedowi, Ahmad. Dkk. 2015. Potret Pendidikan Kita. Jakarta: Pustaka Alvabet.

[4] Suara Nahdlatul Ulama. 2007. Sekjen Depag: Sekolah Islam Bukanlah Pelengkap Sekolah Umum. http://www.nu.or.id/post/read/9561/sekjen-depag-sekolah-islam-bukanlah-pelengkap-sekolah-umum. Diakses pada 8 Oktober 2016.


Tinggalkan komentar

Jumlah Pengunjung

  • 179.983 orang

See me