Gilig Guru

Beranda » Artikel » Artikel Pendidikan » 3 prinsip sederhana mendidik anak: Tahu waktu, tahu tempat, tahu cara.

3 prinsip sederhana mendidik anak: Tahu waktu, tahu tempat, tahu cara.

Masukkan alamat email anda

Bergabung dengan 5.003 pelanggan lain

Blog Stats

  • 180.137 hits

Follow me on Twitter

Kesederhanaan itu menunjukkan kedalaman berpikir. Karena sederhana merangkum apa yang penting dan meninggalkan apa yang kurang bermanfaat. Contohnya dalam “hidup sederhana” artinya seseorang belanja yang menjadi keperluan rumah tangga, namun dengan tidak meninggalkan kebahagiaan di dalamnya. Biasanya sederhana berlawanan dengan kata boros, yang artinya membelanjakan apa yang melebihi keperluan. Yang tanpa itu pun tetap bisa berjalan dengan baik. Yang dengan membeli itu tidak menambah kemanfaatan kecuali hanya kemewahan saja.

Kesederhanaan bila dikaitkan dengan pendidikan, maka terbersit ada pendidikan yang mewah, mubadzir atau boros. Mungkin yang terbayang bagi Anda sebuah kelas yang dilengkapi AC, atau sekolah yang SPP nya jutaan rupiah, tapi yang dimaksud disini bukan itu.

Sederhana yang dimaksud adalah memberikan prinsip-prinsip yang dapat digunakan dalam semua pengalaman hidup, sebanyak-banyaknya!

Contohnya begini, seorang ibu melepas anaknya ke sekolah, kemudian berpesan agar anaknya serius belajar, jangan banyak bercanda, tapi waktu istirahat bergaullah dengan teman-temannya, jangan hanya diam di dalam kelas, tapi bermainnya yang berhati-hati, jangan keterlaluan, tapi juga jangan pasif… banyak sekali pesannya. Kira-kira apakah akan diingat oleh anak?

Ini sebenarnya lebih ditekankan kepada setiap ibu, yang pada saat menasihati anak-anaknya terdengar seperti mengomel dengan kalimat yang tidak ada harapan untuk berhenti. Meskipun juga penting untuk diperhatikan oleh setiap ayah, agar tidak diam saja saat dibutuhkan perannya untuk mendidik anak.

Maka dicarikanlah prinsip-prinsip itu, yang kemudian oleh Drs. Miftahul Jinan, M.Pd.I sampai kepada kami berupa “3 tahu” (ini kami beri label sendiri). Yakni

  • Tahu waktu

Anak dikenalkan dengan waktu apa seharusnya berbuat apa. Misalnya waktu adzan maka seharusnya bersiap untuk sholat (maka berhentilah bekerja, belajar, bermain, atau aktivitas apapun lainnya), waktu malam seharusnya bersiap untuk tidur (letakkan bukunya, rapikan mainannya, siapkan kasurnya), waktu pagi seharusnya bersiap berangkat sekolah (jangan bermalas-malasan, ayo segera mandi, sudah disiapkan tas dan bukunya atau belum), dan seterusnya.

  • Tahu tempat

Anak diajak mengenal berbagai aktivitas untuk kegiatan yang sesuai. Masjid adalah tempat untuk beribadah atau belajar (anak dilatih kepekaannya untuk tidak berbuat gaduh di rumah ibadah), jalan adalah tempat orang lewat (jadi jangan duduk-duduk melintang jalan), luar rumah adalah tempat umum (pakailah pakaian menutup aurot)

  • Tahu cara

Ayah mengenalkan alat atau cara mengerjakan sesuatu. Misalnya, hape adalah alat kerja, sedangkan alat bermain contohnya bola. Jadi kalau mau bermain, gunakanlah bola, jangan menginstal game di hape. Tentu ini bagi yang sependapat dengan penulis bahwa permainan di hape membawa kerugian besar, kendatipun yang bermain adalah orang dewasa. Sedangkan permainan fisik justru banyak manfaatnya. Meskipun judulnya sama-sama sepak bola.

Contoh lainnya adalah, namanya bercanda, itu caranya harus membuat sama-sama gembira, bukan satu gembira atas kesedihan orang lain, itu membully namanya, bukan bercanda. Bukankah banyak yang bilang, “ah, saya kan cuma bercanda…” tapi caranya bercanda keliru. Demikian juga, tidak disebut bercanda kalau menggunakan senjata tajam diacungkan kepada temannya. Sebagaimana tidak boleh suami bercanda dengan pura-pura mencerai istri.

Nah, semua prinsip di atas sesungguhnya adalah pengejawantahan konsep “adab” yang disarikan dari agama Islam. Anak ataupun murid tidak dididik dengan menghafal aturan-aturan, tidak secara langsung diperintah atau dilarang, melainkan diajak untuk berpikir dan mengembangkan kepekaan perasaan. Karena yang demikian itu membuat jiwa lebih hidup, lebih menyentuh hati, dan mendorong ketulusan dalam melaksanakan.

Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat. Bila ada masukan, dengan senang hati mohon dilayangkan melalui email: giligpradhana@gmail.com.


Tinggalkan komentar

Jumlah Pengunjung

  • 180.137 orang

See me